Oleh : Dwi Wahyudi
Pulau Mandangin begitulah
masyarakat menyebut salah satu desa pulau yang terletak di sebelah selatan
kabupaten sampang. Mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan.
Perahu mesin adalah satu-satunya alat transportasi yang digunakan masyarakat
untuk menghubungkan Pulau mandangin dengan daratan sampang, Madura. Perjalanan diatas laut untuk menuju
ke pulau mandangin memerlukan
waktu sekitar 90 menit, bertolak
dari dermaga Tanglok Sampang,
Waktu berganti begitu cepatnya,
tanpa terasa hampir genap sepuluh bulan salah satu Guru Jatim Mengajar berbaur
dengan masyarakat desa setempat. Satu desa pulau dengan penduduknya yang padat
dan menyimpan banyak potensi ini.
Pulau Kambing adalah nama pulau
yang di tetapkan warga sebelum akhirnya berubah nama secara resmi pada tahun
1990an menjadi Pulau Mandangin
Konon katanya dahulu banyak sekali
kambing liar yang ada di pulau ini, tidak ada sumber yang valid terkait siapa
yang membawa kambing pada mulanya dan berkembang biak hingga banyak jumlahnya. Kemungkinan terkuat kambing mulai masuk
ke Mandangin dahulu ketika awal mula adanya kehidupan manusia di Pula ini,
kambing dijadikan sebagai bahan persediaan makanan para keluarga kerajaan
sumenep yang diasingkan pada awal mulanya ke pulau ini karena mengidap penyakit
kusta.
Perilaku kambing dan perlakuan
masyarakat terhadap kambing begitu unik. Di jalan, pinggir pantai, dan disetiap
sudut kita akan mudah menemukan kambing. Kambing-kambing tidak ditali dengan tampar dan diikatkan ke pohon atau
lainnya. Di Pulau Mandangin ini
kambing hidup bebas berkeliaraan dihalaman rumah-rumah warga, berlalu lalang di
jalanan , malamnya berkumpul diperempatan jalan atau tempat yang lapang untuk tidur berkelompok. Masyarakat yakin
walaupun tidak terikat perginya tidak akan jauh, kadang juga pulang ke rumah
pemiliknya untuk minum air tawar.
Pada umumnya dalam berternak
kambing di lingkungan masyarakat, kambing ditempatkan dalam sebuah kandang
khusus. Lain halnya disini, tidak ada kandang untuk kambing-kambing. Tanah buat
rumah penduduk saja ukurannya terbatas apalagi buat kambingnya. Jangankan buat
kandang kambing, buat tambahan kamar buat keluarga saja tidak bisa. Sering
dijumpai rumah masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah dengan luas 10 x 7 m
dihuni oleh beberapa KK. Pada tahun 2008, Jumlah penduduk desa pulau Mandangin yang luas
wilayahnya hampir 4 km persegi ini berjumlah sekitar 17.800 jiwa.
Jenis kambing yang dipelihara masyarakat adalah kambing domba (gibas). Beraneka tanda khas dari pemilik
diberikan kepada kambing kesayangannya. Mulai dari kalung yang dipakaikan
kelehernya hingga cat yang di poleskan ke bulunya. Banyak yang dicat
dengan berbagai warna, Ada yang di cat kepalanya saja, ekornya saja, motif cat
nya ada yang berupa tulisan, gambar, tidak sedikit pula yang dicukur bulunya
dengan model mirip anak punk. Di bagian sebelah dicukur sampai habis, sedang
bagian yang atas dibiarkan panjang mengikuti tulang belakangnya.
.
Selain tampilannya keren dan gaul.
Kambing di Pulau penghasil ikan ini juga tergolong unik dari pola makannya.
Selain rumput, kambing disini juga mau memakan apa yang manusia makan
diantaranya nasi, sayur, ikan, roti, bahkan mi instan. bahkan seringkali
terlihat kambing dengan nikmatnya menguyah kertas bungkus makanan. “Gak
tanggung-tanggung Pak, semua dimakan kecuali plastik. Karena terbiasanya makan
kertas, pernah dulu terjadi disini itu, ada kambing yang makan Uang pedagang
yang jualan dipinggir jalan itu, mungkin karena sibuk pedagangnya melayani
pembeli hingga ada kambing datang tidak telalu digubris dan akhirnya memakan
uang kertas nya. Yang dimakan satu lembar uang lima puluh ribuan, penjualnya
langsung lemas badannya, hampir pingsan”, ucap salah satu warga dusun kramat,
SUKKUR.
Meskipun akrab dengan kambing,
kambing jarang di jadikan menu di warung-warung makanan yang ada di pulau
ini. Hanya dalam agenda hari besar keagamaan saja masyarakat secara umum
menyantap daging kambing, baik diolah menjadi sate ataupun gulai. Itupun daging
kambing yang diolah bukan
hasil sembelihan dari ternak
masyarakat mandangin sendiri. Masyarakat lebih suka menjual kambingnya ke Pasar Hewan Kec. sampang, dan
membeli kambing yang dijual diluar pasar hewan sampan untuk di
konsumsi. “Rasa dagingnya kambing Mandangin itu kurang enak jika
dibandingkan kambing luar sampang” ucap
salah satu warga.