Hilangnya Kuburan Angker

Oleh: Suparjono
 
Beberapa saat setelah ashar terlihat orang-orang berbondong-bondong menuju makam di samping masjid. Baik anak-anak maupun dewasa, laki-laki dan perempuan, mereka berpakaian rapi dan islami. Sebagian besar mereka berjalan kaki meskipun ada juga beberapa orang yang mengendarai motor. Sebagian orang terlihat membawa buku kecil ditanganya, dan sebagian yang lain tidak membawa. Pemandangan yang sangat jarang ditemui di luar Pulau Madura.
Nyelasih, warga Desa Durjan menyebut kegiatan itu. Kegiatan mengirim doa yang dilakukan di makam para leluhurnya. Buku kecil yang dibawa itu ternyata adalah buku Surat Yassin dan tahlil. Kegiatan yang turun temurun ini sudah menjadi rutinitas warga terutama setiap hari Senin dan Kamis. Mansyur, salah seorang ustad di dusun Pao Kejing menjelaskan,”warga datang ke makam keluarga dan membaca yassin. Biasanya setiap hari senin dan kamis setelah ashar.” Biasanya para orang tua mengajak anak-anaknya untuk mendoakan keluarganya. Selain mendoakan mereka juga membersihkan makam keluarganya dari daun-daun kering dan rumput-rumput liar.
Memasuki bulan sya’ban, kegiatan nyelasih ini hampir dilakukan setiap hari. Tokoh agama setempat memerintahkan santrinya untuk nyelasih setiap bada subuh. Hal semacam ini berlangsung hingga bulan puasa. Imam, salah satu santri di madrasah miftahul huda mengatakan, “ kalo bulan syaban dan puasa biasanya nyelasih tiap hari pak. Pada akhir ramadhan biasanya nyelasih di gunung bukit.” Gunung Bukit adalah bukit yang berada di Desa Durjan. Disana terdapat makam ki Mustafa, murid dari ulama terkenal Syaikhona Kholil dari Bangkalan. Misdi seorang tokoh di desa Tlokoh menjelaskan, “ biasanya banyak orang nyelasih ke makam ki Mustafa pada tanggal 21 ramadhan, mereka yang datang bukan hanya dari warga sekitar desa, bahkan ada juga dari Bangkalan.”
Seperti itulah keadaan makam di Durjan, bahkan bisa jadi  di hampir seluruh Pulau Madura. Tak ada kesan angker atau menakutkan karena sering didatangi keluarga untuk mendoakannya. Makam juga tampak terawat meskipun tidak ada petugas kebersihan makam. Budaya yang perlu dilestarikan dan dicontoh, agar selalu mengingatkan kita bahwa nanti juga akan menyusul mereka yang sudah mendahului. Meskipun demikian, harus tetap dijaga dari unsur syirik yang bisa mengotori akhidah kita.
Disqus Comments
Copyright © 2018 Jatim Mengajar - All Right Reserved
Develop and Design by Ar Royyan Media