Seorang Emulgator

Oleh: Eko Sumargo 

Melihat kondisi di lapangan dimana guru dan murid bagaikan minyak dan air yang tidak bisa menyatu maka dibutuhkan seseorang yang berperan sebagai emulgator yang mampu menyatukan keduanya. Peran inilah yang dimainkan oleh saya sebagai relawan Jatim Mengajar. Saya harus bisa berdiri pada kedua belah pihak. Saya harus menyatu dengan siswa. Saya juga harus mampu bekerjasama dengan guru. Pelan-pelan saya arahkan siswa kembali pada guru. Sedikit demi sedikit saya dorong guru untuk menerima siswa apapun keadaannya. Seorang siswa sangat butuh guru. Seorang guru butuh siswa agar bisa disebut guru. Rasa saling percaya, saling menghormati dan menyayangi antara guru dengan murid, saya tumbuhkembangkan pelan-pelan. Saya melakukan itu dengan cara menyusun program kerja yang terencana dan terukur.    

Ada tiga program yang diluncurkan selama dua tahun mengabdi di Sukamade. Pertama, membangun profesionalisme guru. Program ini diturunkan menjadi beberapa program lain. Diantaranya satu, mendefinisikan kriteria guru profesional. Kriteria itu ditempel di kantor agar mudah untuk dibaca. Banyak ahli pendidikan mengemukakan apa dan bagaimana itu guru profesional. Tidak ketinggalan, Sukamade membuat kriteria guru profesional yang kami racik dari berbagai sumber. Adapun kriteria guru profesional yang dimaksud adalah sebagaimana foto poster berikut. 
Kedua, menata manajemen sekolah agar semakin bagus. Program ini diturunkan ke dalam beberapa program kerja. Diantaranya, satu, menata tatakelola perpustakaan. Hal yang dilakukan adalah menata ulang sistematika penyimpanan buku menjadi berdasarkan tema agar memudahkan pencarian serta menyiapkan sistem sirkulasi buku agar memudahkan peminjaman dan pengembalian. Dua, menyusun promes dan prota. Tiga, mengoptimalkan sarana yang sudah dimiliki sekolah seperti LCD proyektor, kit pelajaran dan kit olahraga. Empat, melaksanakan outbond 

Ketiga, mendulang kembali dukungan masyarakat yang sempat hilang. Ada Suatu keanehan yang saya rasakan ketika di masa-masa awal mengabdi di Sukamade. Keanehan itu adalah sinisme masyarakat terhadap guru. Seolah-olah masyarakat sangat benci kepada guru. Sampai-sampai ada gerakan memejahijaukan sejumlah oknum guru. Kasus ini sempat menjadi penanganan serius UPTD kecamatan dan dinas pendidikan kabupaten. Langkah saya dalam mendulang kepercayaan itu adalah dengan cara memperbaiki pola komunikasi. Bagaimana berkomunikasi dengan wali murid untuk memunculkan suasana keterbukaan. Dari keterbukaan itu bisa diketahui keluhan sekolah terhadap masyarakat dan keluhan masyarakat terhadap sekolah. Sehingga beberapa problem yang muncul bisa diatasi. Saya juga membuka komunikasi dengan pihak TNMB melalui kegiatan resmi lembaga ke lembaga. Saya ajak siswa dan guru lepas tukik di pantai. Setelah itu anak-anak mendapat pengarahan pentingnya konservasi penyu. Kegiatan ini disambut baik kedua belah pihak. Selain itu saya mencoba menghidupkan kembali makluk yang namanya ‘dedikasi’. Makluk ini saya amati sangat langka di Sukamade.
Disqus Comments
Copyright © 2018 Jatim Mengajar - All Right Reserved
Develop and Design by Ar Royyan Media